Bismillah . . .
Ahad sore, berdiri membelakangi salah satu ruangan rumah kayu di Salman ITB, menikmati permainan badminton empat ikhwan satu lawan satu, membentuk persegi saling berhadapan, tangkisan kok yang di smash membentuk huruf X, bersilangan, perpaduan bunyi yang berirama, dihiasi canda tawa dari pemain, benar – benar menyenangkan.
Sudut lain mesjid, ada sekelompok orang di deretan bangku tempat wudhu akhwat, saling bercerita, membahas sesuatu, sesekali tersenyum, tertawa, serius. Di kejauhan, selasar masjid koridor timur, pelajar, mahasiswa belajar berkelompok. Sedikit ke kanan, terhampar rumput hijau, pohon – pohon berdiri menghadap langit, beberapa orang bermain di sana.
Subhanallah, ada kebahagiaan melihat itu semua. Dimanapun mata ini singgah, disitulah terdapat aktivitas. Semua orang bergerak, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Pemandangan dinamis, right place for charging energy of soul and spirit.
Déjà vu . . .
Enam jam yang lalu, kembali mengingat aktivitas kuliah kepenulisan tadi pagi. Pertemuan keempat, materi Teori Sastra oleh pak Nana Suryana Sobarie, Dosen Sastra Unpad.
Beberapa Hal Tentang Sastra, judul materi yang beliau sampaikan, mewakili mata kuliah Teori Sastra satu semester.
Dua jam materi yang beliau uraikan, hanya satu kalimat sebagai simpulan,
“Memahami sastra pada dasarnya memahami kehidupan.”
Kakawihan pun Sastra . .
Neleng neng gung
Neleng neng gung
Geura gede geura jangkung
Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi
…
“Bu, tahu tidak si Fulan itu ternyata … “
Senandung sunda, lagu anak – anak, obrolan ibu – ibu di atas merupakan contoh sastra. Semua orang kenal sastra seolah – olah seperti menarik nafas.
Sastra Menembus Batas
Sastra itu karya kreatif, bersifat subjektif (indah-tidah indah, baik-buruk, bermutu-tidak bermutu), dan bernilai relatif. Sastra atau bukan suatu ungkapan bahasa ditentukan oleh cara pandang masyarakat, misalnya:
• Zaman dahulu paririmbon termasuk sastra, sekarang tidak.
• Surat – surat Kartini bukan sastra, saat ini disebut sastra.
So, sebutan sastra bergantung pada lingkungan kebudayaan dan zaman yang melahirkannya.
Organ Sastra
Sastra bernilai estetik jika memilki keutuhan, keselarasan, keseimbangan, dan menekankan pada suatu unsur tertentu. Utuh berarti setiap unsur harus menunjang upaya pengungkapan ide pengarang. Ukuran maupun bobot setiap unsur sesuai dan seimbang dengan fungsinya secara selaras. Suatu unsur berusaha menunjang daya ungkap unsur yang lain serta penekanan yang lebih besar pada unsur yang penting. Simple?
Sastra, What’s the ingredient?
Bahasa adalah bahan baku sastra, sarana primer yang sudah memiliki makna. Lain halnya dengan cat, bahan dasar yang belum bermakna sebelum dipakai oleh pelukis.
Ilmu – ilmu selain sastra misalnya jurnalis, baik maksud dan penyampaiannya sama. Sedangkan sastra, maksudnya ‘X’ dengan cara penyampaian ‘Y’. Contohnya pada puisi berjudul “Malam Lebaran” yang berbunyi bulan di atas kuburan. Makna puisi tersebut sangat berbeda dengan kata – kata.yang tersurat.
Dunia kata – kata jauh lebih imajinatif daripada film karena sastra dalam kata bisa memiliki tafsir berbeda pada setiap orang (multitafsir). Contohnya, banyak tayangan film layar lebar diangkat dari novel mengecewakan penonton yang telah membaca novel.
Rute Sastra
Pencipta karya sastra melakukan observasi, kontemplasi, partisipasi terhadap alam semesta yang kemudian menghasilkan inspirasi untuk membuat sastra. Sastra itu diapresiasi oleh pembaca dengan alam semesta sebagai referensi. Siklus yang indah . . .
Tambahan
• Pendekatan mimetik menitikberatkan pada semesta, contoh: Laskar Pelangi.
• Pendekatan ekspresif menitikberatkan pada peran pengarang, contoh: Puisi “Aku” karya Chairil Anwar.
• Pendekatan pragmatik menitikberatkan pada peran pembaca, contoh: penerbit memesan tema yang sedang booming pada penulis.
• Pendekatan objektif yang menitikberatkan pada karya sastra, contoh: analisis unsur intrinsik sastra.
Review Teori Sastra (Beberapa Hal Tentang Sastra)_Kamis, 15 Desember 2011_Dewi Erita
Teori Sastra (Beberapa Hal Tentang Sastra)_Ahad, 11 Desember 2011_Nana Suryana Sobarie
No comments:
Post a Comment