Esai: Menjadi Orang Baik di Sarang Kehidupan
“Iman seorang mukmin
tampak kala ia dihadapkan pada beratnya ujian
saat total berdoa
tapi belum melihat pengaruh apapun dari doanya
Ketika ia tetap tidak mengubah harapannya
walau sebab untuk putus asa semakin kuat
semua itu ia lakukan
karena yakin bahwa Allah Maha Tahu
apa yang terbaik baginya”
(Ibnul Jauzi)
Tahu,
berapa
beratnya 47 kata tersebut
Satu ons?
Setengah ons
mungkin?
Maaf,
tanganku
tidak sanggup menimbangnya
Bahkan alat
pengukurnya pun aku tak tahu
Karena,
Menggigil
tanganku saat menyentuhnya
Sesak
nafasku dibuatnya
Bahkan
jiwaku dilumat habis olehnya
Apapun beban yang
menghimpit jiwa dan raga pasti ada akhirnya. Perjuangan seorang mahasiswa yang
belum lulus di semester delapan, akhirnya wisuda di semester empat belas,
setelah melewati tiga tahun yang melelahkan. Penantian seorang lajang yang
ingin menikah di usia 25 tahun, akhirnya menikah di usia 35 tahun, setelah
bertahan menahan jutaan pertanyaan selama sepuluh tahun.
“Akhirnya, wisuda juga . . . “
“Akhirnya, menikah juga . . .”
“Akhirnya, . . .“
Yah, semua pasti ada akhirnya. Dan satu hal yang pasti ada akhirnya
adalah kehidupan kita. Semua pasti mengalaminya. Dan sebelum kematian, ada
proses sakaratul maut sebagai pembuka. Proses yang menyakitkan, pemisahan jiwa
dari raga.
Inginkah proses itu diringankan?
Yah, pasti. Semua orang memilih sakaratul maut yang ringan. Itulah kesuksesan
yang sebenarnya. Sejatinya, orang kaya atau miskin, berpangkat atau tidak,
darah biru atau merah, sama saja. Sebelum mengalami kematian, maka belum ada
kata sukses. Sukses adalah saat seseorang sudah meninggal dunia dengan khusnul
khatimah.
Jadi, siapa orang yang sakaratul mautnya diringankan?
Dia adalah ORANG BAIK. Orang baik bisa siapa saja, tanpa memandang
harta kekayaan, jabatan, atau keturunan.
Bagaimana ORANG BAIK menjalani sakaratul mautnya?
Dia akan TENANG, IKHLAS, dan INGAT ALLAH.
“. . . dan wafatkan kami bersama ORANG-ORANG YANG BAIK.” (Ali Imran:
193)
Apa ciri-ciri ORANG BAIK (Al Abraar – Al Birru)?
BAIK AKHLAKNYA (Husnul Khulq)
maksudnya,
BAIK HUBUNGANNYA (Husnul Ittishaam)
Hubungan dengan Allah (billahi), dengan sesama (bil ghairi), dan
dengan diri sendiri (binnafsi).
Hubungan baik dengan Allah
BIDZDZIKRI – Hati yang berdzikir, hati yang selalu ingat Allah
Caranya,
Awali dari BAIKNYA PIKIRAN
***
Pikiran baik
Saat apa yang kita harapkan belum tercapai
Pikiran baik
Saat kesulitan-kesulitan terus datang
Pikiran baik
Saat semua yang kau lakukan seolah sia-sia
Pikiran baik
Saat kemanapun melangkah, tak ada yang menerimamu
Pikiran baik
Saat setiap udara yang kau hirup hanya menghasilkan kegelisahan tanpa
henti, terus menerus
Pikiran baik
Saat hidup seolah tak ada artinya lagi
Pikiran baik
Ketika mati menjadi harapan terakhir dalam hidupmu
Pikiran baik
Pikir baik
Baik
Ba-ik
Pikiran baik
Yakin akan DETAIL dan TELITI-nya pengawasan Allah
Pikiran baik
Ilmu dan pengetahuan Allah lebih luas darimu
Pikiran baik
Allah Maha Mengetahui segala yang tersimpan di dalam hati
Pikiran baik
Allah sayang padamu
Pikiran baik
Pikiran baik
Pikiran baik
***
Rela dengan sedikitnya “dunia”
Ridho dengan apa yang kau dapatkan saat ini
Tidak merasa bahwa nikmat yang ada sebagai nikmat yang sedikit
Dengan syarat, mencari dengan usaha terbaik
Memilih sikap yang disukai Allah,
Bersyukur atas musibah
Bersabar atas nikmat
Hubungan baik dengan sesama,
IKHLAS - Hati yang ikhlas
Caranya,
Hati yang selalu lapang kepada siapapun
Tidak berpikir apapun kepada siapapun
Kecuali berpikir baik
Memaafkan siapapun yang menyakiti kita
Mendoakan agar selamanya dalam kebaikan
Merelakan hak kita untuk orang lain
Mengambil alih beban sesama
Membalas kejahatan dengan kebaikan
***
Hubungan baik dengan diri sendiri,
TENANG
Caranya,
Bil Zuhdi - Tidak membebani
diri dengan cinta terhadap dunia
Memandang dunia bukan sebagai tujuan, tapi jalan menuju akhirat
Apapun harus bernilai akhirat dengan bir-raghib
Zahidun fid-dunya
Raghibun fil-akhirat
Memandang urusan dunia sebagai urusan yang BIASA & urusan akhirat
sebagai urusan yang LUAR BIASA
Bantul, 8 Oktober 2012
(Kutipan
materi,
Jelajah
hati: Hati yang selalu terjaga kesuciannya
Ust. Syatori
Abdurrouf – 6 Oktober 2012 – Masjid Mardliyyah UGM Yogyakarta)
No comments:
Post a Comment