Resensi
SAMITA: Sepak Terjang
Hui Sing Murid Perempuan Cheng Ho
Oleh Dewi Erita
Ha-Na-Ca-Ra-Ka
Ada utusan
Utusan hidup
Berupa napas
yang berkewajiban menyatukan
jiwa dengan jasad manusia
Ha! Hana
hurip wening suci (Adanya hidup adalah kehendak dari yang Mahasuci)
Na! Nur
candra (Pengharapan manusia tersandar pada sinar Gusti Ingkang Murbheng Dumadi)
Ca! Cipta
wening (Satu arah dan tujuan pada Yang Mahatunggal)
Ra! Rasaingsun
handulusih (rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
Ka! Karsaningsun
memayuhayuning bawana (hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)
Di sini di
buku ini
Kau akan
menemukan keindahan, kelincahan, dan kepandaian memikat
Tak ada
bangga diri
Hanya
pancaran cahaya
I-se-lan,
Fu-ciau, Gung ce-ciu, Dao
Bersatu
dalam satu armada
Tak ada
pertikaian
Meski lain
warna keyakinan
Ramah
perilaku kental terasa
Hangat
menyenangkan
Misi
perdamaian menyatukan hati
Meski beda
asal kerajaan
Senjata budi
Berbagi ilmu
pertanian, peternakan, perikanan
Balasan
untuk sambutan hangat
Penghargaan
tak ternilai
Ah, cinta .
. .
Betapa
rasanya tiba-tiba
Hanya karena
kesepahaman pemikiran dan rasa
Da-Ta-Sa-Wa-La
Manusia setelah diciptakan
sampai dengan data (saatnya),
tidak boleh sawala (mengelak).
Ia dengan segala atributnya,
harus bersedia menjalankan
kehendak Tuhan.
Da! Dumadining
dzat kang tanpa winangenan (Menerima hidup apa adanya)
Ta! Tatas,
tutus, titis, titi lan wibawa (Mendasar, sepenuh hati, satu pandangan,
ketelitian dalam memandang hidup)
Sa! Sifat
ingsun handulu sifat Gusti (Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)
Wa! Wujud
hana tan kena kinira (Ilmu manusia hanya terbatas, namun penerapannya tanpa
batas)
La! Lir
handaya paseban jati (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Tuhan)
Pengkhianat
Selamanya
kalah
Meski tahun
tahun penuh kepercayaan terlalui
Hilang
tertelan dendam
Tindakan
tanpa perhitungan
Amarah
sebagai energi
Membuat diri
kehilangan segalanya
Kehormatan
dan kehidupan
Saat diri
dalam jurang tak bertepi
Tubuh
hancur, sakit tak terperi
Hanya cinta Thian pemberi hidup
Mengalirkan
nafas pada jiwa yang kuat dan percaya
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya
Sanggup memahami kehendak Zat pemberi hidup,
padha (sama).
Dialah yang jaya (menang) sungguh-sungguh.
Bukan menang-menangan atau sekadar menang.
Pa! Papan
kang tanpa kiblat (Kekuasaan Gusti yang ada di segala arah)
Dha! Dhuwur wekasane endek wiwitane (Mendaki puncak dimulai dari dasar)
Ja! Jumbuhing
kawula lan Gusti (Berusaha memahami kehendak Gusti)
Ya! Yakin
marang samubarang tumindak kang dumadi (Yakin atas titah Gusti)
Nya! Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (Memahami kodrat kehidupan)
Dia bangkit,
tertatih
Mengumpulkan
benang helai demi helai
Kembali membangun
jiwa terserak
Pelan tapi
pasti
Api dendam
itu
Mengobarkan
benci
Mengalirkan
darah manusia
Seumur
hidupnya
Lagi lagi,
cinta
Pertemuan
kembali dengan harapan lalu
Tak ada
kata, hanya hati bicara
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga
Menerima segala perintah dan larangan Tuhan.
Pasrah, sumarah pada garis kodrat.
Meskipun diberi hak wiradat,
berusaha untuk menanggulangi.
Ma! Madep
mantep manembah mring Gusti (Yakin, mantap dalam menyembah Gusti)
Ga! Guru
sejati sing muruki (Belajar pada guru nurani)
Ba! Bayu
sejati kang andalani (Menyelaraskan diri pada gerak alam)
Tha! Tukul saka niat (Segala sesuatu tumbuh dari niat)
Nga! Ngracut busananing manungso (Melepaskan keakuan manusia)
Pemimpin . .
.
Pemancar
sinar kehidupan, pembangun negeri
Pemberi
sinar pada gelap malam, saat suka dan duka
Pedoman
arah, teladan yang baik
Berhati luas
tak terbatas, penampung pendapat rakyat
Pengisi
ruang kosong, siap sedia dimanapun
Sejuk
menyegarkan, berkasih sayang
Berwibawa,
berani tegakkan kebenaran
Kuat dan
murah hati
Adalah
ucapan pembuat nyaman dan tutur kata lembut
Pembawaan
tenang serta pendengar yang baik
Ditambah pengetahuan
luas dan kedalaman pribadi
Sosok santun
itu
Hidup,
peluang menanam benih kebaikan
Hidup, untuk
dipahami untuk dijalani
Gunung diam
seribu bahasa
Surya
pantang muncul malam hari
Daun
menurut, selalu hijau
Mengapa?
Kuda kendaranya
manusia
Laut
jalannya manusia
Api nyala
karena manusia
Mengapa?
Banjir,
kebakaran, gempa bumi
Bahasa
Penguasa Jagad
Untuk
bercakap-cakap
Memperingatkan
Mengapa?
Karena akal
Akal,
membuat malu
Akal,
mencipta sesuatu
Akal, bekal
manusia
Anugrah terindah
Mengasah
akal, melahirkan pemimpin bumi
Membiarkan
akal, menjadi budak manusia lain
Keyakinan
bertaut dengan hati
Memahaminya
dapat dicapai akal
Karena,
semesta alam bukti keberadaan-Nya
Juga kitab
suci
Hati tempat
berdiam kebaikan, keburukan
Berebut
menang, keduanya
Akhir hidup
sebagai penentu
Untuk awal
mula kehidupan abadi
Dalam hati
berdetak bisikan
Tahan disana
Saat lepas,
jadi buah pikiran
Diamkan
dalam benak, diamkan
Terlambat,
menjelma nafsu birahi
Kali ini
redam, sebelum tumbuh rencana buruk berbentuk kehendak
Mewujud
perbuatan jahat, menjadi kebiasaan
Sukar,
sungguh sukar melepas kebiasaan
Inilah buah
pikiran buruk, merusak hidup
Ada nilai
luhur nenek moyang, ada upacara keagamaan
Ada kebersihan
hati dan keteladanan laku, ada upacara sebagai topeng
Ada kecenderungan
keterpisahan ajaran suci dan penganut, pada tiap agama
Ada yang memilih
keteraturan hati dibanding topeng agama menyesatkan
Ada yang
mengambil agama menjadi nyaman, tenang, tenteram
Keyakinan,
sebuah keajaiban tak teraba
Kelelahan yang
bertemu dengan hati yang kosong
Menjelma
cinta
Cinta Thian begitu agung
Tak ada
alasan mengkhianati, mengorbankan, menggadaikan
Pandangan
hidup dan keyakinan akan Thian
Tak ternilai
Pandai jaga
diri, kendalikan amukan cinta
Agar nasib
baik diraih
Agar tak ada
kebodohan disebabkan cinta
Cintai
manusia sewajarnya
Cinta
membuat perasaan gila
Hati tak
tentu warna, terapung bahagia
Berdebar tak
sabar menunggu
Tersenyum
sendiri
Penantian
panjang cinta
Mematangkan
jiwa agar tak ada sesal
Semua
terencana
Mengembangkan
senyum dan hati yang ikhlas
Cimahi, 8 Januari 2013_26 Shafar 1434 H
Tasaro.
2008. SAMITA: Sepak Terjang Hui Sing
Murid Perempuan Cheng Ho. Bandung: DAR! Mizan
No comments:
Post a Comment