Sunday 1 July 2012

AKU & SASTRA

Aku dan Sastra
Oleh: Dewi Erita

_1_
Bermula dari akhir November 2011, mengikuti kuliah kepenulisan FLP bandung. Disana pertama kali melangkah ke dunia tulis menulis. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan masa perkuliahan selama dua bulan itu berakhir, meninggalkan tapak-tapak yang berbekas di otak. Istilah-istilah asing berputar di kepala. Manikebu, lekra, kosmos, postmodern, Salah Asuhan, Tono, Tini, Han, ditambah pertanyaan teman-teman peserta KK tentang sastra bandingan. Mantap pokoknya!

Untuk lebih memperdalam ilmu tentang dunia tulis menulis, akhir Desember 2011, mulai ikut acara mingguan rutin FLP Bandung. Disana dibahas hal-hal seputar dunia sastra. Sastra Angkatan’45, Sastra Angkatan’66, Sastra Masa Pembebasan, dan terakhir membahas tentang Sastrawan beserta karya-karya  besar lainnya.

Nah lho . . . kok dunia tulis menulis nyambung ke dunia sastra?


_2_
Sobat . . . ,
ternyata dunia tulis menulis itu adalah juga dunia sastra. Proklamator-proklamator kita, Pak Karno, Pak Hatta, Pak Sjahrir, adalah beberapa tokoh Bangsa yang juga sastrawan hebat. Mereka menulis esai, puisi, buku, bahkan konsep negara berawal dari kebiasaan baik mendalami karya sastra berupa buku. Konon, waktu mereka sekolah pada zaman Belanda, murid-muridnya diwajibkan membaca 25 buku selama satu semester. Hasilnya, beliau-beliau tersebut bisa menjadi tokoh yang hebat dalam bernegara sekaligus penulis-penulis hebat. 

Nah, zaman sekarang kita bisa melihat contoh tokoh sastra . . .

Fadjroel Rahman dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) @TvOne.
Dalam berpendapat beliau itu sangat santun dan bahasanya jelas, padahal isi kata-katanya itu menembus tepat pada sasaran. Beliau mampu meramu adonan kata-kata yang pedas menjadi hidangan yang enak dimakan dan diterima siapa saja tanpa membuat sakit perut orang yang memakannya.

 “Mr. X dalam pernyataannya mengatakan bahwa:
‘Kasus korupsi BLBI itu lebih besar, kenapa kasus saya yang kecil seperti ini dipermasalahkan begitu ramai’
ini seolah-olah menyatakan bahwa saya korupsi, dia korupsi, orang lain korupsi. Tapi kenapa saya yang korupsinya kecil dipermasalahkan lebih besar dari orang lain yang korupsinya lebih besar. Kesimpulannya Mr.X secara tidak langsung mengatakan bahwa dia itu korupsi.”

Intinya kurang lebih seperti itu. Intonasi dan nada suaranya dalam mengemukakan pendapat juga ringan dan santai. Jadi respon orang lain juga santai, tidak marah-marah.

Karni Ilyas, Presiden acara Indonesia Lawyers Club (ILC) @TvOne.
Dalam setiap selingan antar sesi dan akhir acara, beliau selalu menyatakan beberapa potong kalimat kata-kata orang-orang besar yang pada masanya berjaya.

“Korupsi itu bagai bola salju, lama-lama makin besar dan akibat yang ditimbulkan juga luar biasa (Presiden Amerika ke-X) . . . “

Isinya kurang lebih seperti itu. Nah, terbayang beliau sudah melahap banyak buku selama 40 tahun menjadi wartawan. Bukankah itu berarti beliau pengapresiasi sastra?

Berikutnya . . .
Sujiwo Tejo, Budayawan Indonesia yang sering muncul di ILC.
Dalam mengomentari suatu isu. Beliau selalu merujuk ke kondisi masyarakat Indonesia umumnya. Kehidupan orang-orang dulu dan sekarang. Dan dalam beberapa acara, komentarnya dikatakan lewat pertunjukan wayang dan nyanyian dengan gitar khas Indonesia. Kita yang menyimak menjadi lebih paham bahwa masalah pemerintahan itu harus diselesaikan secara komprehensif, tidak hanya dari segi substansi seperti Hukum Pidana, Tata Negara, Pencucian Uang, tapi juga dari segi Sosial Budaya. Bukankah untuk memahami itu semua juga harus membaca buku, menjadi pengapresiasi sastra? 

Jika kita perkecil ruang lingkupnya, kita bisa menemukan komunitas membaca dan menulis (sastra) di FLP Bandung. Bahan diskusinya beragam, mulai dari cerpen, puisi, buku, sampai nonton film bermutu. Buku-buku yang dibahas juga unik dan beragam, misalnya ada yang berbahasa Melayu (Sitti Nurbaya), kehidupan Indonesia zaman dulu (Belenggu), budaya masyarakat pedalaman (Ronggeng Dukuh Paruk), alur cerita yang aneh (Olenka) sampai cerita sejarah nenek buyut kita (Bumi Manusia).


_3_
Dunia kita ini dipenuhi oleh berbagai macam karakter manusia. Dan untuk itu, kita harus mengetahui dan memahami masing-masing kehidupan dari berbagai lapisan masyarakat. Belajar dari sejarah kehidupan masa lalu. Untuk kemudian merancang masa depan nan indah. Dan itu semua berawal dari membuka jendela dunia kamar kita, dengan membaca, dan mengikuti komunitas dunia baca yaitu dunia sastra.
 
Cimahi, 1 Juli 2012


2 comments:

  1. kurang lebih, begitulah yang nurul rasakan saat menjadi salah satu sisi lingkaran ini, Teh.
    semua menjadi lingkaran yg ternyata saling menguatkan sisi2 kehidupan. alhamdulillah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo menurut t2h, Nurul itu ada di tengah lingkaran, Sang Pelaku Utama ^^

      Delete