Student’s Voice Draft
Photo taken by Meiji University staff
The reason/purpose of studying in Japan
Japan is the dream country for many adolescent and young
adult in Indonesia. For student, there are many college which can execute
research with high technology. It also provide scholarship too. I knew Japan
since junior high school from Detective Conan manga. I read all of Conan manga
and watched its movie too. Many thing I learned such as elementary and senior
high school life, different accent between Tokyo and Osaka, different character
of people, name of city/area/prefecture, history of place, martial art, and
etc. It was nice.
Prof. Rhenald Kasali, one of lecturer in University of
Indonesia, said in his book that student must at least going once to abroad,
especially country with different writing (not alphabet). Being in other
country, we can increasing our knowledge, learn different culture, and think in
many ways to survive.
In Public Health, I found Japan has low maternal mortality
ratio, low sexual violence and child abuse, good health insurance, low
pollution, good transportation system, good education (affective, cognitive,
and psychomotor) and so on. My lecturer said if Japan do regular medical check
up to maintain health and nutrition of people from elementary school. For the
result, Japanese people is tall, smart, and high quality of live. It is
amazing. So, what reason don’t come to Japan?
The reason/purpose of your participation in
Meiji University Japanese Language Program in Winter
I told my friend if I want going to
Japan to learn their culture. I planned to work part time there about two
weeks. So, I could get money for living cost and learn way of live of Japanese
people in one time. A few days later, my friend told information about Japanese
Language Program in Winter 2016 in Meiji University. Meiji gave us choices for
homestay and provided chance to get scholarship from JASSO. What a coincidence,
I thought.
About what you felt/got/learnt by
participating in this program
In Japan, we went to homestay from airport by ourself. It
was a challenge but I liked it. I learned to go by train, found the peron in
wide station and memorizing all the stations that I through. It was puzzling to
see kanji everywhere, though there is alphabet in English. I enjoyed it.
Learning Japanese Language in Meiji University was very fun.
The lecturers taught the lesson step by step, systematic and full of practice.
They answered our question directly, so we could catch the lesson if we didn’t
understand at first. I learned Furoshiki Wrapping. I surprised, simple sheet
can wrapped thing from smile size till very big size. It was traditional but
interesting. For my practice, I wrapped my souvenir and brought it from Japan
to Indonesia with Furoshiki sheet (gift from Meiji). I am happy with that.
Another activity field was Kimono Dressing. I wore Furisode.
It was beautiful design of kimono. When we walked to near temple, almost all Japanese
people along way was looking at us. They were smiling, so my nervous was fall
off. Wearing tight kimono, walking with slippers in small steps, looking around
the temple with student supporter and taking some pictures with another student
in different country was a wonderful experience.
About your future plan/dream
I plan to go to Japan again and live there for a few years.
Before that, I will continue learning Japanese
Language in Indonesia. If I have graduate and get bachelor degree, I intent to
join Monbukagakusho for scholarship. Learning how Japan create public health
system, meeting with my homestay family in Kamakura, improving my self
discipline in there is my future plan. At the end, I can create something that
will maintain and improve health of Indonesian people.
Depok,
26th March 2016
Dewi Erita
Student of Reproductive Health
Public Health Faculty
University of Indonesia
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suara Mahasiswa
Alasan/tujuan belajar di Jepang
Jepang adalah negara impian sebagian remaja dan orang
dewasa di Indonesia. Bagi mahasiswa, ada banyak perguruan tinggi yang
memfasilitasi penelitian berteknologi tinggi. Beasiswa juga tersedia. Saya mengenal
Jepang sejak sekolah menengah pertama (SMP) melalui komik Detektif Conan. Saya
sudah membaca hampir seluruh volume komik dan menonton filmnya. Banyak hal yang
saya pelajari seperti kehidupan anak-anak sekolah dasar (SD) dan pelajar
sekolah menengah atas (SMA), perbedaan aksen antara orang Tokyo dan Osaka,
perbedaan sifat dan karakter, nama-nama kota, jenis bela diri dan lain-lain.
Semua itu menarik.
Prof. Rhenald Kasali, salah satu dosen di Universitas Indonesia,
mengatakan dalam bukunya bahwa mahasiswa setidak-tidaknya pernah pergi ke luar
negeri, terutama negara yang tulisannya berbeda dengan tulisan Indonesia (bukan
alfabet). Berada di negara lain akan menambah pengetahuan dan wawasan kita,
belajar budaya negara lain dan mampu berpikir beragam cara untuk bertahan
hidup.
Dari segi kesehatan masyarakat, Jepang memiliki angka
kematian ibu (AKI) yang rendah, angka kekerasan seksual dan kekerasan anak yang
rendah, asuransi kesehatan yang baik, sistem transportasi yang ramah
lingkungan, pendidikan dengan kurikulum yang jelas dari segi afektif, kognitif,
psikomotor dan lain-lain. Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat berkata bahwa anak SD di Jepang selalu melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala dan sangat menjaga asupan makanan. Hasilnya,
masyarakat Jepang memiliki tinggi badan di atas rata-rata, pintar dan kualitas
hidup yang baik. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Jadi, masih adakah alasan
untuk tidak pergi ke Jepang?
Alasan/tujuan berpartisipasi dalam Program
Bahasa Jepang Musim Dingin di Universitas Meiji.
Saya memberitahu teman bahwa saya
ingin pergi ke Jepang untuk belajar budaya mereka. Saya berencana untuk bekerja
paruh waktu selama dua mingggu disana. Uang hasil bekerja akan digunakan untuk
biaya hidup di Jepang sekaligus belajar cara hidup orang Jepang. Beberapa hari
kemudian, teman memberitahu saya tentang Program Bahasa Jepang Musim Dingin
2016 di Universitas Meiji. Meiji menyediakan program homestay (tinggal di rumah orang Jepang) dan memberi kesempatan
untuk mendaftarkan diri sebagai penerima beasiswa JASSO. Bukankah ini suatu kebetulan? (Tidak
ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya ada yang mengatur)
Hal yang Anda rasakan/dapatkan/pelajari
setelah berpartisipasi dalam program ini
Di Jepang, kita belajar melakukan perjalanan pertama dari
bandara menuju homestay dengan usaha
sendiri tanpa dijemput. Ini merupakan tantangan dan saya menyukainya. Saya
belajar menggunakan transportasi kereta, menemukan peron yang tepat di stasiun
yang luas dan menghafal setiap stasiun yang terlewati menuju stasiun tujuan.
Cukup membingungkan melihat kanji dimana-mana meskipun tersedia tulisan
berbahasa Inggris. Semua hal memang harus kita nikmati.
Belajar bahasa Jepang di Universitas Meiji sangat
menyenangkan. Dosen-dosennya mengajar materi tahap demi tahap, sistematis dan
banyak latihan percakapan. Mereka langsung menjawab pertanyaan yang kita ajukan
sehingga kita paham. Saya juga belajar membungkus barang dengan kain Furoshiki.
Saya cukup takjub bahwa dengan kain yang sederhana dapat membungkus barang dari
ukuran kecil (minuman botol plastik) sampai ukuran sangat besar (melebihi besar
manusia yang membawanya). Ini sangat tradisional. Sebagai aplikasi ilmu yang
sudah didapat, saya membungkus oleh-oleh dengan kain Furoshiki dan membawanya dari
Jepang ke Indonesia (kain Furoshiki pemberian Meiji). Saya sangat senang.
Kegiatan lapangan lainnya yaitu memakai kimono. Saya
memakai kimono berjenis Furisode. Itu adalah kimono dengan motif yang indah. Saat
berjalan ke kuil terdekat, semua mata orang Jepang sepanjang perjalanan seolah
tertuju pada kita. Mereka tersenyum sehingga rasa gugup berkurang. Memakai
kimono yang ketat, berjalan menggunakan sandal khusus kimono dengan langkah
kecil, melihat-lihat kuil bersama mahasiswa Jepang dan berfoto bersama dengan
mahasiswa asing lain merupakan pengalaman tak terlupakan.
Tentang rencana/cita-cita masa depan
Saya berencana untuk pergi lagi ke Jepang dan tinggal lebih
lama disana. Sebelum itu, saya akan melanjutkan belajar bahasa Jepang di
Indonesia. Jika saya sudah lulus jenjang S1, saya berniat mendaftar beasiswa Monbukagakusho.
Mempelajari sistem kesehatan, bertemu dengan keluarga homestay di Kamakura, meningkatkan disiplin diri disana adalah
rencana saya ke depan. Pada akhirnya, saya akan mencoba untuk membuat sebuah
karya yang akan memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Depok,
26 Maret 2016
Dewi
Erita
Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Peminatan
Kesehatan Reproduksi
Universitas
Indonesia
-----------------------------------------------------------------------------------------------
This Student's Voice have been published on the website.
Please visit the following website.
http://www.meiji.ac.jp/cip/aseancenter/english/program/voices.html
see also
http://www.meiji.ac.jp/cip/english/about/news/2016/enjsp30000000urz.html